Kecamatan Tegalsiwalan, Selain digunakan untuk sarana kebutuhan air
bersih bagi masyarakat Probolinggo serta untuk keperluan industri, Danau
Ronggojalu merupakan tempat wisata dengan airnya yang diyakini
mengandung nilai magis dan mempunyai khasiat tersendiri.
Danau
Ronggojalu merupakan mata air yang terjadi dari bentukan alam dengan
kapasitas 3.000 liter/hari dan digunakan sebagai irigasi dan juga
kebutuhan air bersih bagi masyarakat Probolinggo serta untuk keperluan
industri dengan nilai operasional sebesar 200 liter/hari, selain
digunakan untuk kebutuhan material juga digunakan sebagai tempat wisata,
dan oleh kebanyakan masyarakat Probolinggo air ini dipercaya mengandung
nilai magis yang membawa khasiat tersendiri. Jarak ke lokasi kurang
lebih 15 km dari kota Probolinggo dapat ditempuh dengan jalan darat.
Selain dijadikan sebagai obyek wisata, danau Ronggojalu juga
digunakan sebagai sarana air bersih dan industri unttk kepentingan
masyarakat Probolinggo.
Danau Ronggojalu terletak di kecamatan Tegalsiwalan, dengan mata air
yang terbentuk dari bentukan alam dan memiliki kapasitas 3000 liter per
harinya. Dari volume air yang melimpah dan jernih inilah, masyarakat
memanfaatkan danau Ronggojalu sebagai sarana irigasi untuk sawah dan
untuk
kebutuhan air minum kota
Di lokasi danau ini, sebagai fasilitas untuk rekreasi keluarga pihak
pengelola menyediakan kolam untuk anak-anak, penyewaan ban dan beberapa
warung yang menjual berbagai makanan. Suasana yang sejuk dan hijau,
ditambah dengan udara yang bersih sangat cocok menjadikan danau ini
sebagai area rekreasi keluarga.
Kecamatan Leces, Tari
Ronggo Jalu mengisahkan asal mula terjadinya danau Ronggo Jalu di
kawasan Leces. Ada seorang ulama pertapa bernama Kyai Ronggo yang
memiliki dua orang putra. Putra pertama diberikan oleh istri pertamanya
dan diberi nama sesuai namanya, yaitu Ronggo. Sedangka putra bungsunya
yang lahir dari istri kedua diberi nama Jalu.
Dikisahkan
dua kakak beradik ini sering terlibat salah paham. Puncaknya suatu hari
ketika keduanya terlibat perkelahian. Karena perkelahian tidak
menyelesaikan persoalan keduanya saling menantang adu kesaktian. Caranya
keduanya saling menancapkan lidi ke dalam tanah. Barangsiapa berhasil
mencabut lidi dari lawannya dia dianggap sebagai pemenangnya.
Selanjutnya
ternyata keduanya berhasil mencabut lidi. Namun tidak ada yang
dimenangkan dalam peristiwa itu. Sebab dari bekas tancapan lidi tersebut
keluar air maha deras. Kedua kakak beradik ini hilang ditelan oleh air
yang menggenang menjadi telaga tersebut.
Hikmah yang bisa diambil dari kisah ini, Ronggo Jalu menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat Probolinggo.